Pencarian

Minggu, 06 November 2022

MENG-QODHO SHOLAT ORANG YANG TELAH MENINGGAL

             MENG-QODHO SHOLAT ORANG YANG TELAH MENINGGAL

 

        Sholat merupakan perintah Allah Swt yang diwajibkan pada setiap Muslim yang sudah baligh dan berakal, bahkan kewajiban tersebut di bebankan selagi tubuh masih menghembuskan nafas. Namun disaat sakit yang mendekati ajal banyak di antara saudara- saudari kita yang tidak Menyempatkan melakukan Sholat lima waktu. Sehingga ketika meninggal dunia masih memiliki tanggungan sholat. Sekalipun ada rukhsoh (keringanan) dalam pelaksaan sholat bagi orang yang tidak mampu berdiri maka dengan cara duduk iftirosy, jika tidak mampu duduk maka dengan cara tidur miring, jika tidak mampu maka dengan cara tidur terlentang, jika tidak mampu maka sholat dengan cara isyarat

 

        Pertanyaanya apakah boleh bagi sanak saudara yang masih hidup menggantikan sholat orang yang telah meninggal .....?.
Pada permasalahan tentang meng Qodho sholatnya orang yang telah meninggal dunia diatas, terjadi perbedaan  pendapat dikalangan para Ulama.  
A.      Pendapat yang tidak memperbolehkan
      Ulama yang Tidak memperbolehkan mengqodho sholat orang yang telah meninggal. pertama dikarenakan tidak di temukanya dalil pengajaran dari Nabi Muhammad saw. dalil yang memerintahkan, . kedua merupakan ijmak(konsensus) ulama .
B.      Pendapat yang memperbolehkan 
         Didalam kitab fatawi al azhar di sebutkan Menurut Jumhurul Ulama Bahwa meng-Qodho sholat fardu, untuk orang yang telah meningal Dunia hukumnya mamnu' (dicegah). Ibnu Bathol menukil bahwa hal ini sudah menjadi kesepakatan ulama ( mujma alaih), akan tetapi kesepakatan tersebut tidak sah, karena dalam kasus ini masih ada ulama yang memperbolehkan meng-qodo'i sholat si Mayit. Adapun dasar dalil Hadits yang memperbolehkan adalah :


1.     Hadist yang di riwayatkan oleh Imam Bukhori    : 

   

 أنّ عبـد لله إبن عمـر رضي الله عـنهما أمـر إمـراءة جـعـلت أمـها على نفسها صـلاة بقباء يعني ثـم ماتت فقال صلي عـنها

        Artinya :

          Sesungguhnya Ibnu Umar memerintahkan seorang wanita yang     mana ibunya pernah bernadzar atas dirinya melakukan sholat di         masjid Quba', maksudnya kemudian ibunya mati (sebelum   memenuhi           nadarnya) maka ibnu Abbas berkata: Sholatlah sebagai ganti ibunya

2.      Hadist yang di riwayatkan Ibnu Abi Syaibah dengan sanad yang                         Shahih, Dan hadis ini pun di keluarkan juga oleh Imam Malik Dalam                   kitab Muatho'.

   

لصـلاةأمـها نـدرت مشيا إلى مسجد  أن رضي الله عـنهما قالت لإبـن عبّاسإمـراءة لأنّ 

    قباء أي تمشـي لها فأفتى إبنتها  


        Artinya :

          Sesungguhnya seorang wanita bertanya pada ibnu Umar R.A bahwa      ibunya telah benadzar akan berjalan mnuju masjid Quba' untuk          melaksanakan sholat di sana namun keburu meninggal dunia  . maka         Ibnu Abbas berfatwa pada anaknya  agar menuju masjid Quba'     sebagai ganti Ibunya.

3.     Sebagian Tabi'in dan ulama Salaf memperbolehkan Sholat sebagai          ganti mayyit (qodho) dengan mengqiyaskan pada do'a, Shodaqoh,          dan Haji.[1]

 

PERBEDAAN PANDANGAN DI KALANGAN  MADZHAB IMAM SYAFI'I.


     Barang siapa meninggal dan masih memiliki tanggungan sholat, maka tidak ada Qodho dan Fidyah. Menurut satu pendapat, bisa di qodho, berdasarkan hadits riwayat Imam Bukhori dan yang lain. Oleh karenanya banyak ulama memilih pendapat tersebut, Imam As-subki pun menerapkanya ketika sebagian kerabatnya beliau wafat. [2]

   Pada Permasalahan di atas dalam madzhab syafi'i sendiri terjadi perbedaan sudut pandang.

Ø Qoul masyhur dalam madzhab syafi’i :

[فـرعٌ ] لو مات وعليه صـلاة لم يفعلهما عنه وليه ولا يسقط عنه بالفـديـة صلاة ولا إعتــكاف

هذا هو المشهور في المذهب والمعـروف من نصوص الشافعي فى الأم وغيره

 

Jika seorang mati memiliki tanggungan sholat atau I’tikaf maka pihak wali mayyit tidak dapat melakukan kedua ibadah tersebut sebagai ganti mayyit, dan membayar fidyahpun tidak dapat menggugurkan tanggungan sholat dan I’tikaf mayyit.  Pendapat ini adalah pendapat yang masyhur di dalam madzhab,dan di kenal sebagai nash imam syafi’I dalam kitab Al-um.[3]


Ø Qoul muqobil


          Menurut satu pendapat ini boleh untuk mengqodho sholat sebagai ganti bagi mayit baik wali atau orang lain dengan se izin wali, baik mendapat wasiat maupun tidak. Pendapat ini di sampaikan oleh Imam Ubaydi dari imam syafi’i, dan pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Daqiq Al-iyd dan Imam As-Subki.  Ibnu Usyrun dan yang lain lebih condong untuk mentarjihnya.

          Al-Adro’i menukil dari kitab syarah tanbih milik muhib At-Thobari Dia          berkata :“Sesungguhnya sampailah pahala setiap ibadah yang dilakukan   sebagai ganti bagi mayit baik ibadah wajib maupun sunnah.[4]

          Diantara ulama yang melakukan qodho sholat bagi mayyit adalah Imam As-subkhi. Dalam kitabnya yaitu  iy’ab menyebutkan : “ Ibnu Usyrun berkata : 

" Tidak ada hadits Maupun qiyas yang mencegah tidak sampainya pahala sholat bagi mayyit. Dan diriwayatkan ada khabar yang tidak masyhur, yaitu mengenai hadits mursal yang di sebutkan imam As-Subkhi : 


من البر الوالدين أن تُصلي لهما مع صلاتك

                                                                                               

Artinya :

           Sebagian dari bakti kepada orang tua setelah berbakti adalah engkau sholat qodho untuk  kedua orang tuamu bersamaan sholatmu ”.

[H.R daruqutni].

QOUL QODIM WAJIB  

  •     Imam Qoffal begitu juga Khuwayrizmi  menukil dari sebagian ashab Syafi’i bahwa ahli waris atau wali wajib memberi makan  satu mud sebagai ganti tiap sholat yang di tinggalkan. Diriwayatkan pula dari  Ibnu burhan telah menceritakan bahwa dalam qoul qodimnya mengatakan wajib bagi wali menggantikan sholat yang di tinggalkan mayit,dengan dasar hadist yang diriwayatkan daruqutni“

Artinya :

إِنّ من البِرِ بَعدَ البِرَّ أن تُصَلِّيَ لَهُمَا مَع صَلاَتِك وَتَصُومَ لَهُمَا مَع صَومكَ

                                                                                                                    

          Sesungguhnya sebagian dari bakti kepada orang tua setelah berbakti adalah engkau sholat qodho untuk  kedua orang tuamu bersamaan sholatmu dan berpuasa untuk kedua orangtuamu ”.

[H.R daruqutni].

 Dan imam ubady pun mengisahkan dari qoulnya imam syafi’I karena ada hadits tentang persoalan ini. Dan ikut mengisahkan pula atho’ bin abi ribbah dan ishaq, para ulama ahli tahqiq memilih pendapat ini seperti ibni daqiq al I’ed dan Imam As - Subki sedangakan imam ibnu abi u’shrun lebih Condong  ini merupakan pendapat yang di tarjeh atau Diunggulkan.

Pendapat para ulama mutaahirin madzhab Syafi'iyyah, bahwa ahli waris di perbolehkan mengqodho sholat yang  menjadi kewajiban Si mayyit [5] . 


Kesimpulan 

        Demikianlah pandangan para ulama terkait mengqodho sholat bagi mayit.

pendapat yang 

a. pendapat masyhur tidak memperbolehkan karena tidak ada dalil dari rosul         saw. 

b. ulama yang memperbolehkan karena ada hadist ibnu umar serta tidak ada         qiyas maupun larangan secara langsung dari nabi Saw. 

c.. Satu pendapat mewajibkan untuk mengqodho, 

d.  ada pula yang mewajibkan  membayar fidyah sebesar satu mud tiap tiap             sholat jika meninggalkan harta. (Tirkah). 

e. Ulama mutaakhirin memperbolehkan hukum Qodho bagi mayyit

f.  jika ingin melakukan qodho lil mayyit  hendaknya bertaklid pada ulama yang         memperbolehkan seperti keterangan dalam kitab Qulyubi .





            

 



[1] [ Fatawi Al-Azhari juz 8 hal 318 cet mesir]

[2] Hasyiah I'anatuttholibin juz 2 hal 276 cet darul ashosoh

[3] Majmuk Syarah muhadzab

[4] Hawasy syarwani juz4 hal 439

[5] Hasiyah Turmusi.


Share:

0 comments:

Do'a Melahirkan Agar Lancar menurut Syech Sulaiman bin Muhammad bin Umar Al-Bujairami

  Pengalaman melahirkan adalah momen yang penuh keajaiban dan kebahagiaan bagi setiap ibu. Namun, bagi beberapa wanita, proses melahirkan ju...