Pencarian

Rabu, 26 Agustus 2020

HUKUM BERCELAK DAN SHOLAT 10 MUHARROM

                     بسم الله الرحمن الرحيم   

HUKUM BERCELAK DAN SHOLAT DI 10 MUHARROM                        

    Bulan muharram merupakan bulan di mana  di haramkanya iblis di syurga lantas bulan ini  di namakan dengan nama Muhaharram. Bahkan di  awal Islam allah melarang  berperang di bulan muharram.

 Betapa mulianya bulan ini dan tentu harus kita isi bulan mulia ini dengan perilaku prilaku yang mulia juga. 

     Ada sepuluh amalan amalan kebaikan yang familiyar di telinga kita saat memasuki bulan muharram khususnya di hari Asyura' . 

diantaranya para ulama ada yang mensyairkan sebagai berikut..

ٌ   فِيْ يَوْمِ عاشُوراعشر تتَّصل   #   بها إثنتان ولها فضْل نُقل

 صم صَلِّ صِل زر عالماً عد وكتحل #  رأس اليتيم وامسح  تصدق وتَّصل.

Diantaranya adalah

Puasa, Sholat, Silaturrahim, Shodaqoh, mandi, memakai celak, berkunjung ke orang Alim, menjenguk orang sakit, mengusap kepala anak yatim, dan melapangkan hidangan pada keluarga.

Semua memang kebaikan dan kesunnahan Kesunahan. Namun apakah semuanya sunnah yang memang di khususkan di hari asyura ini,?  Soalnya kalau  memang semua sunnah yang di khususkan di hari Asyura Lantas jika tidak melakukan sepuluh kebaikan di atas atau salah satu saja dinilai meninggalkan kesunahan kan ,? Sekalipun hal itu bukan dosa namun Sama saja tidak melaksanakan printah nabi. 

Dalam hal ini penulis hanya akan membahas 2 poin saja. 

pertama tentang memakai celak di hari aysura.

Didalam kitab nafahat fi fadhoilil asyuriyah 

 Bahwa hadist memakai celak di 10 muharram imam hakim menyatakan status hadist tersebut mungkar sedangkan imam ibnu hajjar menyatakan maudhu'. Ini pendapat para ulama pakar hadist. Sedangkan sebagian ulama hanafi menyatakan, bercelak di hari asyura, termasuk tanda membenci ahlul bait, ( keluarga Nabi ) bahkan wajib untuk di tinggalkan. 

Referensi

(وأما أحاديث الاكتحال إلخ) 

في النفحات النبوية في الفضائل العاشورية - للشيخ العدوي - ما نصه: قال العلامة الأجهوري: أما حديث الكحل، فقال الحاكم إنه منكر، وقال ابن حجر إنه موضوع، بل قال بعض الحنفية إن الاكتحال يوم عاشوراء، لما صار علامة لبغض آل البيت، وجب تركه.

[البكري الدمياطي، إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين، ٣٠١/٢]

Sedangkan pengarang kitab jami ta'aliik perpendapat makruh beralasan karena yazid dan ibnu ziyad bercelak dengan                             


Darahnya sayyidina khusain saat tragedi karbala. 
Ref
قال: وقال العلامة صاحب جمع التعاليق: يكره الكحل يوم عاشوراء، لأن يزيد وابن زياد اكتحلا بدم الحسين هذا اليوم، وقيل بالإثمد، لتقر عينهما بفعله.

[البكري الدمياطي، إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح الم

Al- alim al alamah alhuri pernah bertanya kepada para ulama pakar hadist dan fikih yang membawa kesimpulan tidak ada hadist shahih satu pun. bahkan tidak di temukan  para sahabat para imam  sekalipun yang berpendapat tentang sunnahnya memakai celak   di hari 10 Asyura . 
Sehingga disimpulkan hanya dua saja dari kesepuluh yang berlandaskan dalil yang kuat yaitu puasa, dan tawasu' pada keluarga.

 العلامة الأجهوري: ولقد سألت بعض أئمة الحديث والفقه عن الكحل وطبخ الحبوب ولبس الجديد وإظهار السرور، فقال: لم يرد فيه حديث صحيح عن النبي - صلى الله عليه وسلم -، ولا عن أحد من الصحابة، ولا استحبه أحد من أئمة المسلمين، وكذا ما قيل: أنه من اكتحل يومه لم يرمد ذلك العام، ومن اغتسل يومه لم يمرض كذلك، قال: وحاصله أن ما ورد من فعل عشر خصال يوم عاشوراء لم يصح فيها إلا حديث الصيام والتوسعة على العيال، وأما باقي الخصال الثمانية: فمنها ما هو ضعيف، ومنها ما هو منكر موضوع

[البكري الدمياطي، إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين، ٣٠١/٢]

Kedua Shalat asyura.

Didalam kitab kanzun najah wassurur disana jelaskan ada beberapa shalat yang di hukumi bid'ah madzmum ( tercela) bahkan berdosa bagi pelakunya di antaranya adalah sholat 2 raka'at di bulan asyura .

Syech zainuddin murid dari imam ibnu hajjar al-makki  menyatakan dalam kitab irsyadul ibad 

Diantara sholat yang tergolong bid'ah madzmum adalah

1. Sholat roghoib 12 roka'at waktunya di antara magrib dan isya di awal jumat bulan rajab.

2. Sholat malam lailatu nisfu sya'ban seratus raka'at

3. Sholat di akhir jumat bulan ramadhan tujuh belas raka'at dengan niat mengqodho' semua sholat yang pernah di tinggalkan.

4. Shalat hari Asyura' dua, empat empat atau lelih raka'at.

5. Shalat usbu' bahkan termasuk shalat safar.

Sholat sholat tersebut dinyatakan bathil dan berhadist maudhu , wajib bagi para pemimpin mencegah para pelaksana shalat tetsebut.

Bagi yang ingin melakukan sholat pada waktu waktu diatas lebih baik dengan niat shalat sunnah mutlak dengan tanpa menenentukan bilangan raka'at. Karna sholat sunnah mutlak tidak di tentukan  waktu dan sebab alias boleh kapan saja.

Namun keterangan dalam kitab Nihayatus zain karya syech Nawawi Al- Bantani yg di nukil sebagian ulama sholat di malam asyura yang lebuh utama adalah sholat sunah tasbih..

Referensi

وَنقل عَن بعض الأفاضل أَن الْأَعْمَال فِي يَوْم عَاشُورَاء اثْنَا عشر عملا الصَّلَاة وَالْأولَى أَن تكون صَلَاة التَّسْبِيح وَالصَّوْم وَالصَّدَََقَة والتوسعة على الْعِيَال والاغتسال وزيارة الْعَالم الصَّالح وعيادة الْمَرِيض وَمسح رَأس الْيَتِيم والاكتحال وتقليم الْأَظْفَار وَقِرَاءَة سُورَة الْإِخْلَاص ألف مرّة وصلَة الرَّحِم

[نووي الجاوي ,نهاية الزين ,page 196] 

Re

Wallahu a'lam.

 






Share:

TRADISI DZIKIR FIDA'AN

TRADISI DZIKIR FIDA'AN



BISMILLAHIROHMANIRROHI

FIDA’AN Artinya adalah Tebusan, Istilah ini dipaki untuk tradisi Pada saat ada salah seorang sanak yang meninggal dunia. Selama 3 atau tujuh hari pihak keluarga mengundang tetangga sekitar untuk membacakan surat Al ikhlas dan tahlil “ لاَإِلٰهَ ِإلَّااللّه .
Hal ini di percayai bahwa kedua bacaan tersebut bisa menjadi penebus dosa bagi orang yang sudah meninggal . . entah dulunya orang hindu atau adat jawa lah  sehingga saat islam datang kesini tidak menghilangkan adat itu cuma di alihkan secara pengertian dan tujuan.
Di ganti yang selaras dengan nuansa islami. Nah pertanyaanya adalah , 
Apakah dasar dari tradisi fida’an tersebut ? 

Dasarnya adalah hadist dan atsar sahabat.:

  • pertama

                                                        مَنْ قَرَأَ قُلۡ هُوَاللّهُ أَحَدۡ أَلۡفَ مَرَّةٍ فَقَدِاشْتَرَی نَفْسَهُ مِنَ اللّه (رَوَاهُ البَزَار)
    Artinya    :
Barangsiapa membaca qul huAllahu ahad (surat al ikhlas) seratus ribu kali, maka ia telah membeli ( memerdekakan dirinya dari (siksa ) Allah.” (HR. Al- Bazzar).

  • Kedua

                                        سَمِعْتُ مِنۡ بَعۡضِ الأَثَر أَنَّ مَنْ قالَ لاَإِلٰهَ إِلَّااللّٰهُ سَبْعِيۡنَ أَلْفَ مَرَّةٍ كاَنَتْ فِدَءَاهُ مِنَ الّنار.
 Artinya    :
“Saya mendengar dari sebagian atsar atau hadist sahabat nabi, bahwa barang siapa membaca kalimat tahlil tujuh puluh ribu kali, maka bacaan tersebut akan menjadi tebusan dari apai neraka.”
        Almunawi dalam faidul Qodir menafsirinya bahwa Allah menjadikan pahala bacaan tersebut membebaskan dari neraka. 
Sebenarnya Kalau kita cermati hadist maupun atsar diatas itu untuk orang yang masih hidup , namun karena menyakini bahwa amaliyah yang di lakukan seseorang dan kemudian pahala dari amaliyah tersebut di hadiahkan kepada orang yang sudah meninggal bisa sampai dan memberikan kemanfaatan bagi si mayyit maka dari dasar itulah orang orang NU mentradisikan fida’an bukan mensyariatkan Artinya ingin melakukan boleh, tidakpun juga tidak berdosa,  memang tidak ada anjuran agama secara khusus begitu sebaliknya tidak ada larangngan secara khusus. Karena pada prinsipnya meyakini bahwa bacaan baca’an dan do’a yang di hadiahkan kepada orang yang sudah meninggal bisa sampai dan bermanfaat pada orang tersebut. Dan ternyata Di kalangan para ulama yang mukasyafah dalam pengalaman sepiritualnya banyak di ceritakan tentang kemanfaatan do'a maupun bacaan yang di hadiahkan kepada orang yang telah meninggal.
        Di dalam kitab Syarh Yakutunnafis di jelaskan bahwa, Syekh Abdullah bin As’ad al yafi’ dalam kitab Raudu Riyahin dari gurunya Dia berkata: suatu ketika dalam majlis dzikir saya dimana banyak orang orang pilihan disana  tiba tiba ada seorang pemuda berteriak dan menangis, lalu pemuda tersebut di tanya sebab apa iya berteriak dan menangis, lalu pemuda tersebut berkata    : "saya melihat kuburan ibuku di penuhi banyak api", saat saya sedang berdzikir kepada allah dengan mengucapkan kalimat laailaaha illallah seratus ribu kali, yang di sebut sarwah.
Dzikir tersebut belum saya hadiahkan ke salah seorangpun , mendengar jawaban pemuda tersebut akhirnya saya berniat menghadiahkan kalimat dzikir  kepada ibu dari pemuda tersebut. Lantas sang pemuda tersenyum dan berkata : apinya sudah padam . 
Kemudian guru Syekh Abdullah Al- yafi’ berkata dari kejadian ini saya mendapat dua kesimpulan .
        pertama, saya tahu bahwa pemuda tersebut seorang yang shodik dan bagian dari Auliya illah. 
        Kedua, bahwa sarwah( membaca kalimat tahlil sebanyak 100 ribu kali bermanfaat jika pahalanya di niatkan hadiah kepada si mayyit ,yang mana perkara ini merupakan perkara maknawiyyah.

Semoga kelak anak kita senantiasa giat mendo’akan kita amiiin.


Referensi
  • Faidzul Qodir
  • Syarah Yaqutun-Nafis
  • jabalkat






Share:

Do'a Melahirkan Agar Lancar menurut Syech Sulaiman bin Muhammad bin Umar Al-Bujairami

  Pengalaman melahirkan adalah momen yang penuh keajaiban dan kebahagiaan bagi setiap ibu. Namun, bagi beberapa wanita, proses melahirkan ju...