Fitrah Menurut bahasa adalah sifat naluri
dan pembawaan manusia (suci dari dosa).
Menurut istilah adalah kadar yang harus
dikeluarkan sebab badan. Dinamakan dengan
zakat fitrah, karena zakat fitrah mensucikan
badan dan meningkatkan amaliyahnya.
Menurut konsensus ulama (ijma’), hukum
mengeluarkan zakat fitrah adalah wajib.
1. SYARAT WAJIB ZAKAT FITRAH
Berikut ini syarat-syarat diwajibkannya zakat
fitrah:
1. Pelakunya bukan hamba sahaya. Dengan
demikian tidak wajib bagi seorang hamba
mengeluarkan fitrah bagi dirinya, meskipun
bagi sayyid (tuan pemiliknya) wajib
mengeluarkan fitrah baginya.
(Lihat Abu Bakr bin Muhammad Syatha dalam Hasyiyah Ianah al tholibin.)
2. Muslim yang menemukan satu waktu dari
bulan Ramadlan dan bulan Syawal. Dengan
demikian, tidak wajib bagi bayi yang lahir
setelah tenggelamnya matahari tanggal 1
Syawal.
Begitu juga bagi orang yang meninggal
sebelum menemui waktu
tersebut.
3. Melebihi dari biaya hidupnya dan biaya
hidup orang-orang yang wajib ia nafkahi
selama sehari semalam pada tanggal 1sawal.
4. Melebihi dari hutangnya meskipun belum
jatuh masa tempo. Demikian menurut
pendapat Ibnu Hajar.
Sementara menurut
Imam al-Ramli, hutang yang belum jatuh
masa temponya, tidak dapat menghambat
kewajiban zakat meskipun nominalnya
sampai menghabiskan harta seseorang.
5. Melebihi dari biaya hidup pembantu dan
fasilitas rumah yang keduanya layak.
PENYEBAB MENANGGUNG ZAKAT
FITRAH ORANG LAIN
Zakat fitrah, disamping wajib dikeluarkan
untuk diri sendiri, juga wajib dikeluarkan bagi
orang-orang tertentu. Berikut ini sebab-sebab
yang menjadikan seseorang wajib menanggung
fitrahnya orang lain :
1. Hubungan antara tuan dan hamba
sahayanya.
Dengan demikian, wajib bagi sayyid
mengeluarkan fitrah hambanya.
2. Hubungan pernikahan. Dengan demikian
wajib bagi suami mengeluarkan zakat fitrah
untuk istrinya.
3. Hubungan kekerabatan. Dengan demikian
wajib bagi orang tua mengeluarkan zakat
fitrah untuk anaknya yang masih kecil atau
gila.
Catatan :
Tidak sah bagi orang tua mengeluarkan
zakat fitrah untuk anak yang sudah tidak lagi
wajib dinafkahi, seperti anak yang sudah aqil
baligh. Hal ini jika dilakukan tanpa izin dari si
anak yang bersangkutan. Sementara jika ada
izin, maka sah.
lihat ( Abu Bakr al-Hishni, Kifayah al-Akhyar, juz.1 hal.194)
HARTA YANG DIKELUARKAN DAN
KADARNYA
Dalam zakat fitrah, yang wajib dikeluarkan
adalah makanan pokok penduduk setempat.
Seperti beras untuk mayoritas penduduk
Indonesia. Sementara untuk kadarnya adalah 1
Sha’. Hanya saja, dalam mengkonversikannya
ke dalam ukuran kilogram, terdapat beberapa
versi sebagai berikut :
1. Versi kitab al-Taqrirat al-Sadidah 2,75 Kg.
2. Versi kitab Mukhtashar Tasyyid al-Bunyân 2,5
Kg.
3. Versi sebagian ulama yang dikutip dalam
kitab al-Taqrirât al-Sadidah 3 kg.
* Catatan.
1. Bahan makanan yang digunakan zakat
harus sejenis (tidak campuran). Semisal
beras dan jagung.
2 . Jika tidak mampu 1 Sha’, maka
dikeluarkan semampunya.
4. NIAT ZAKAT FITRAH
Zakat fitrah merupakan ibadah fardlu yang
sudah pasti membutuhkan niat. Melihat
fenomena zakat fitrah yang memungkinkan
dilakukan oleh orang lain (yang menanggung
nafkahnya atau yang mendapat izin dari orang
yang dizakati), maka muzakki dalam zakat
fitrah
ada tiga macam :
1. Zakat untuk dirinya sendiri.
Apabila zakat fitrah atas nama dirinya sendiri
(muzakki), maka yang niat adalah muzakki itu
sendiri (muzakki).
2. Zakat untuk orang yang ditanggung
fitrahnya.
Apabila zakat atas nama orang lain, yang
fitrahnya menjadi tanggungan dari muzakki,
maka yang melakukan niat adalah muzakki
tanpa harus mendapat izin dari orang yang
dizakati Seperti seorang suami (kepala
rumah tangga)
mengeluarkan zakat atas nama istrinya,
anaknya
yang masih kecil, orang tua yang tidak mampu.
Juga di perbolehkan bagi muzakki, untuk
memberikan zakat tersebut pada orang yang
akan dizakati (semisal diberikan pada anaknya
yang masih kecil atau istrinya) agar dia
melakukan niat sendiri.
3. Zakat untuk orang yang tidak ditanggug
fitrahnya.
Apabila zakat atas nama orang lain, yang
fitrahnya tidak menjadi tanggungan dari
muzakki,
maka zakat dan niat dari muzakki dihukumi
sah apabila sudah mendapat izin dari orang
yangdizakati.
Seperti seseorang mengeluarkan zakat atas
nama orang lain atau anaknya yang sudah
baligh
( yang fitrahnya tidak menjadi tanggungan
muzakki) Maka zakat dan niat dari muzakki
dihukumi sah (bisa menggugurkan kewajiban
fitrahnya orang yang dizakati) jika muzakki
telah mendapat izin dari orang yang dizakati.
Seperti seorang suami (kepala rumah tangga)
mengeluarkan zakat atas nama istrinya,
anaknya
yang masih kecil, orang tua yang tidak mampu.
Juga di perbolehkan bagi muzakki, untuk
memberikan zakat tersebut pada orang yang
akan dizakati (semisal diberikan pada anaknya
yang masih kecil atau istrinya) agar dia
melakukan niat sendiri.
TATA CARA NIAT ZAKAT FITRAH
1. Zakat untuk dirinya sendiri
نَوَيۡتُ اَنۡ أُخۡرِجَ زَكاَةَ الفِطۡر عَنۡ نفۡسِ لِله تَعالی
“Saya niat mengeluarkan zakat fitrah untuk diri
saya sendiri,karena Allah SWT”
2. Zakat untuk orang yang ditanggung
fitrahnya:
ِنَوَيۡتُ اَنۡ أُخۡرِجَ زَكاَةَ الفِطۡر عَنۡ زَوجَتِي / ولَدِي لِله تَعالی
“Saya niat mengeluarkan zakat fitrah untuk
istriku/anakku,karena Allah SWT “.
6. PELAKSANAAN NIAT
Niat zakat fitrah boleh dilakukan pada salah
satu waktu berikut ini:
1. Saat memisahkan makanan pokok yang
digunakan zakat
2. Saat memberikan zakat pada orang yang
berhak menerimanya
3. Saat memberikan zakat kepada wakil.
A. Doa saat menyerahkan zakat
ربَّناَ تَقَبَّل مِنّا إِنَّكَ أَنۡتَ السَّمِيۡعُ الَعَلِيۡم
”Ya Tuhan kami, terimalah (amal ibadah) dari kami.
Sesungguhnya engkau maha mendengar lagi maha
mengetahui”
B. Doa saat menerima zakat:
أَجَرَكَ الّله فِيما أَعطَيتَ وَجَعَلَهاَ لَكَ طَهُوراً
”Mudah-mudahan Allah memberi pahala atas apa
yang engkau berikan dan menjadikannya sebagai
pembersih bagimu, serta memberikan berkah atas
apa yang masih ada di tanganmu.
7. WAKTU MENGELUARKAN ZAKAT
FITRAH.
Waktu pelaksanaan zakat fitrah terbagi
menjadi 5 kelompok :
1. Waktu jawaz (waktu boleh), yaitu sejak
awalnya bulan Ramadlan sampai memasuki
waktu wajib (malam hari raya). Artinya zakat
fitrah boleh dikeluarkan sejak awalnya bulan
Ramadlan, bukan sebelum Ramadlan.
2. Waktu wajib yaitu, ketika menemui bulan
Ramadlan dan menemui sebagaian awalnya
bulan syawal. Oleh sebab itu orang yang
meninggal setelah magribnya malam satu
syawal, wajib dizakati. Sedangkan bayi yang
lahir setelah maghribnya malam satu syawal
tidak wajib dizakati.
3. Waktu sunah yaitu, sebelum melakukan
sholat hari raya. Hal ini sesuai dengan yang
dilakukan Rasulullah saw. dan sesuai dengan
fungsi dari zakat fitrah “mencukupi
kebutuhan fakir miskin di hari raya”.
4. Waktu makruh yaitu, setelah shalat hari raya
sampai menjelang tenggelamnya matahari
pada tanggal 1 syawal.
5. Waktu haram yaitu, setelah tenggelamnya
matahari tanggal 1 syawal. Mengakhirkan
zakat fitrah hingga waktu tersebut hukumnya
haram apabila tidak ada udzur. Jika terdapat
udzur, seperti hartanya tidak ada di tempat
tersebut atau menunggu orang yang berhak
menerima zakat, maka hukumnya tidak
haram. Sedangkan status dari zakat
yangdikeluarkan setelah tanggal 1 syawal
adalah qodho...
Sekian dan trimakasih..