Pencarian

Senin, 26 April 2021

Zakat fitrah dengan uang


 Bolehkah membayar zakat fitrah dengan 

uang?

Jawaban: Menurut mazhab Hanafi boleh. Dan 

kadar zakatnya disesuaikan dengan nash yang 

terdapat dalam hadits, yaitu seharga setengah 

ṣa‘ al-burr (gandum), atau satu sha’ kurma, 

anggur atau jerawut (as-sya’ir). Satu sha’

menurut mazhab Hanafi adalah 3,8 Kg.

Sedangkan menurut mazhab Maliki, 

hukumnya boleh namun makruh, seharga satu 

sha’ makanan pokok daerah setempat (untuk 

umumnya masyarakat Indonesia beras 2,75 kg). 

Dan pelaksanaannya boleh dilakukan saat hari 

raya atau dua hari sebelum hari raya



Menurut Imam Abu Hanifah, boleh memberikan 

zakat fitrah dengan nilai barang. Baik berupa 

dirham, dinar, uang receh, benda, atau apapun 

yang ia hendaki. Karena hakikat kewajiban zakat 

ialah menyejahterakan orang fakir sesuai dengan 

hadis, “Cukupilah mereka dari meminta-minta pada 

hari seperti ini.” Dan mencukupi itu bisa dilakukan, 

bahkan lebih maksimal dan lebih mudah, dengan 

nilai benda, karena lebih bisa memenuhi kebutuhan mereka..

Didalam kitab kitab qurotul Ain fatawi ulamail haromain li syekh hasan ibrahim al maghrobi al maki menyebutkan :

“Jika seseorang mengeluarkan qimah dari satu sa’, 

bengan berupa dirham atau emas, maka hal itu

telah mencukupi, besertaan dengan hukum 

makruh. Sebagaimana yang telah diterangkan oleh 

ad-Dardiri dalam permasalahan alokasi zakat

dalam kitab Aqrobul masalik terdapat kata ‘kecuali 

barang berupa hasil pertanian dan peternakan 

yang di bayarkan dengan berupa qimah, maka 

mencukupi dengan adanya hukum makruh’. Dan 

hal ini juga berlaku pada zakat fithrah.” 

2. Kitab hasiah sowi syarah ala syarhi shoghir

    menyebutkan...

“Zakat fitrah itu satu sha’ yaitu empat mud. 

Hitungan satu mud adalah setara dengan satu 

cakupan kedua tangan yang normal. Dimana zakat 

tersebut merupakan lebihan dari makanannya dan 

makanan keluarganya pada hari raya idul fitri, dan 

telah dimiliki olehnya saat waktu wajib zakat. 

Kemudian zakat tersebut harus berupa makanan 

pokok yang umum di daerah tersebut yang berupa 

salah satu dari sembilan golongan makanan ini saja 

(hal ini menolak pendapat Ibnu Habib yang 

mengatakan adanya tambahan berupa al-‘Alas 

sebagai tambahan dari sembilan jenis makanan 

tersebut), yaitu gandum, jerawut, sult (gandum 

tanpa kulit), jagung, jawawut, beras, kurma, 

anggur dan keju (susu yang difermentasi dan keluar 

sarinya) ----dan diperbolehkan mengeluarkan zakat 

fitrah dua hari (tidak lebih) sebelum hari raya idul

Share:

Minggu, 25 April 2021

Mengapa kemaksiatan masih merebak pada bulan Ramadlan, padahal setan dibelenggu?



Mengapa kemaksiatan masih merebak pada 
bulan Ramadlan, padahal setan dibelenggu? 
Jawaban: Menurut sebagian ulama, 
terbelenggunya setan hanya bagi shaim (orang 
yang berpuasa) yang menjaga syarat, rukun, dan 
adabnya. Menurut sebagian ulama, 
terbelenggunya setan tidak identik dengan 
hilangnya kemaksiatan. Karena sebab 
kemaksiatan tidak hanya dari setan, melainkan 
bisa juga bersumber dari hawa nafsu dan 
kebiasaan buruk.
Referensi: 

   * عمدة القاري شرح صحيح البخاري )10 /270







Share:

Zakat fitrah dan penyebab menanggung fitrah orang lain ( panduan lengkap zakat fitrah)



 PANDUAN LENGKAP ZAKAT FITRAH

Fitrah Menurut bahasa adalah sifat naluri 

dan pembawaan manusia (suci dari dosa). 

Menurut istilah adalah kadar yang harus 

dikeluarkan sebab badan. Dinamakan dengan 

zakat fitrah, karena zakat fitrah mensucikan 

badan dan meningkatkan amaliyahnya.

Menurut konsensus ulama (ijma’), hukum

mengeluarkan zakat fitrah adalah wajib.


1. SYARAT WAJIB ZAKAT FITRAH

   Berikut ini syarat-syarat diwajibkannya zakat 

   fitrah:

1.  Pelakunya bukan hamba sahaya. Dengan 

     demikian tidak wajib bagi seorang hamba 

     mengeluarkan fitrah bagi dirinya, meskipun 

     bagi sayyid (tuan pemiliknya) wajib 

     mengeluarkan fitrah baginya.

(Lihat Abu Bakr bin Muhammad Syatha dalam Hasyiyah Ianah al tholibin.)

2. Muslim yang menemukan satu waktu dari 

    bulan Ramadlan dan bulan Syawal. Dengan 

    demikian, tidak wajib bagi bayi yang lahir 

    setelah tenggelamnya matahari tanggal 1 

    Syawal. 

     Begitu juga bagi orang yang  meninggal  

     sebelum menemui waktu 

    tersebut.

3.  Melebihi dari biaya hidupnya dan biaya   

      hidup orang-orang yang wajib ia nafkahi    

     selama sehari semalam pada tanggal 1sawal.   

4. Melebihi dari hutangnya meskipun belum 

    jatuh masa tempo. Demikian menurut 

    pendapat Ibnu Hajar. 

    Sementara menurut 

    Imam al-Ramli, hutang yang belum jatuh 

    masa temponya, tidak dapat menghambat 

    kewajiban zakat meskipun nominalnya 

    sampai menghabiskan harta seseorang.

5. Melebihi dari biaya hidup pembantu dan 

    fasilitas rumah yang keduanya layak.


PENYEBAB MENANGGUNG ZAKAT 

FITRAH ORANG LAIN

Zakat fitrah, disamping wajib dikeluarkan 

untuk diri sendiri, juga wajib dikeluarkan bagi 

orang-orang tertentu. Berikut ini sebab-sebab 

yang menjadikan seseorang wajib menanggung 

fitrahnya orang lain :

1. Hubungan antara tuan dan hamba

     sahayanya. 

    Dengan demikian, wajib bagi sayyid 

     mengeluarkan fitrah hambanya.

2. Hubungan pernikahan. Dengan demikian 

     wajib bagi suami mengeluarkan zakat fitrah 

     untuk istrinya.

3. Hubungan kekerabatan. Dengan demikian 

     wajib bagi orang tua mengeluarkan zakat 

     fitrah untuk anaknya yang masih kecil atau 

     gila.


Catatan :

     Tidak sah bagi orang tua mengeluarkan 

     zakat fitrah untuk anak yang sudah tidak lagi 

     wajib dinafkahi, seperti anak yang sudah aqil 

     baligh. Hal ini jika dilakukan tanpa izin dari si

     anak yang bersangkutan. Sementara jika ada

     izin, maka sah.

 lihat ( Abu Bakr al-Hishni, Kifayah al-Akhyar,    juz.1 hal.194)

HARTA YANG DIKELUARKAN DAN 

KADARNYA

Dalam zakat fitrah, yang wajib dikeluarkan 

adalah makanan pokok penduduk setempat. 

Seperti beras untuk mayoritas penduduk 

Indonesia. Sementara untuk kadarnya adalah 1 

Sha’. Hanya saja, dalam mengkonversikannya

 ke dalam ukuran kilogram, terdapat beberapa

 versi sebagai berikut :

1. Versi kitab al-Taqrirat al-Sadidah 2,75 Kg.

2. Versi kitab Mukhtashar Tasyyid al-Bunyân 2,5 

     Kg.

3. Versi sebagian ulama yang dikutip dalam 

     kitab al-Taqrirât al-Sadidah 3 kg. 

* Catatan.

      1.  Bahan makanan yang digunakan zakat 

           harus sejenis (tidak campuran). Semisal 

           beras dan jagung.

      2 . Jika tidak mampu 1 Sha’, maka 

           dikeluarkan semampunya.

4. NIAT ZAKAT FITRAH

    Zakat fitrah merupakan ibadah fardlu yang 

    sudah pasti membutuhkan niat. Melihat 

    fenomena zakat fitrah yang memungkinkan 

   dilakukan oleh orang lain (yang menanggung 

   nafkahnya atau yang mendapat izin dari orang

   yang dizakati), maka muzakki dalam zakat   

   fitrah

   ada tiga macam : 

1. Zakat untuk dirinya sendiri. 

   Apabila zakat fitrah atas nama dirinya sendiri 

  (muzakki), maka yang niat adalah muzakki itu 

   sendiri (muzakki).

2. Zakat untuk orang yang ditanggung 

    fitrahnya. 

    Apabila zakat atas nama orang lain, yang 

   fitrahnya menjadi tanggungan dari muzakki, 

   maka yang melakukan niat adalah muzakki 

   tanpa harus mendapat izin dari orang yang 

   dizakati   Seperti seorang suami (kepala

   rumah   tangga) 

   mengeluarkan zakat atas nama istrinya,

    anaknya 

yang masih kecil, orang tua yang tidak mampu. 

Juga di perbolehkan bagi muzakki, untuk 

memberikan zakat tersebut pada orang yang 

akan dizakati (semisal diberikan pada anaknya 

yang masih kecil atau istrinya) agar dia

melakukan niat sendiri.

3. Zakat untuk orang yang tidak ditanggug 

fitrahnya. 

Apabila zakat atas nama orang lain, yang 

fitrahnya tidak menjadi tanggungan dari

 muzakki, 

maka zakat dan niat dari muzakki dihukumi

 sah apabila sudah mendapat izin dari orang 

 yangdizakati. 

 Seperti seseorang mengeluarkan zakat atas 

 nama orang lain atau anaknya yang sudah

 baligh 

 ( yang fitrahnya tidak menjadi tanggungan 

 muzakki) Maka zakat dan niat dari muzakki

dihukumi sah (bisa menggugurkan kewajiban 

fitrahnya orang yang dizakati) jika muzakki

 telah mendapat izin dari orang yang dizakati. 

Seperti seorang suami (kepala rumah tangga) 

mengeluarkan zakat atas nama istrinya,

anaknya 

yang masih kecil, orang tua yang tidak mampu. 

Juga di perbolehkan bagi muzakki, untuk 

memberikan zakat tersebut pada orang yang 

akan dizakati (semisal diberikan pada anaknya 

yang masih kecil atau istrinya) agar dia

melakukan niat sendiri.


TATA CARA NIAT ZAKAT FITRAH

1. Zakat untuk dirinya sendiri 

نَوَيۡتُ اَنۡ أُخۡرِجَ زَكاَةَ الفِطۡر عَنۡ نفۡسِ لِله تَعالی


“Saya niat mengeluarkan zakat fitrah untuk diri 

saya sendiri,karena Allah SWT”

2. Zakat untuk orang yang ditanggung 

fitrahnya:

ِنَوَيۡتُ اَنۡ أُخۡرِجَ زَكاَةَ الفِطۡر عَنۡ  زَوجَتِي / ولَدِي لِله تَعالی

“Saya niat mengeluarkan zakat fitrah untuk 

istriku/anakku,karena Allah SWT “.

6. PELAKSANAAN NIAT

Niat zakat fitrah boleh dilakukan pada salah 

satu waktu berikut ini:

1. Saat memisahkan makanan pokok yang 

digunakan zakat 

2. Saat memberikan zakat pada orang yang 

berhak menerimanya 

3. Saat memberikan zakat kepada wakil.

A. Doa saat menyerahkan zakat

ربَّناَ تَقَبَّل مِنّا إِنَّكَ أَنۡتَ السَّمِيۡعُ الَعَلِيۡم

”Ya Tuhan kami, terimalah (amal ibadah) dari kami. 

Sesungguhnya engkau maha mendengar lagi maha 

mengetahui”

B. Doa saat menerima zakat:

أَجَرَكَ الّله فِيما أَعطَيتَ وَجَعَلَهاَ لَكَ طَهُوراً


”Mudah-mudahan Allah memberi pahala atas apa 

yang engkau berikan dan menjadikannya sebagai 

pembersih bagimu, serta memberikan berkah atas 

apa yang masih ada di tanganmu.

7. WAKTU MENGELUARKAN ZAKAT 

FITRAH.

Waktu pelaksanaan zakat fitrah terbagi 

menjadi 5 kelompok :

1. Waktu jawaz (waktu boleh), yaitu sejak 

awalnya bulan Ramadlan sampai memasuki 

waktu wajib (malam hari raya). Artinya zakat 

fitrah boleh dikeluarkan sejak awalnya bulan 

Ramadlan, bukan sebelum Ramadlan.

2. Waktu wajib yaitu, ketika menemui bulan 

Ramadlan dan menemui sebagaian awalnya 

bulan syawal. Oleh sebab itu orang yang 

meninggal setelah magribnya malam satu 

syawal, wajib dizakati. Sedangkan bayi yang 

lahir setelah maghribnya malam satu syawal 

tidak wajib dizakati.

3. Waktu sunah yaitu, sebelum melakukan 

sholat hari raya. Hal ini sesuai dengan yang 

dilakukan Rasulullah saw. dan sesuai dengan 

fungsi dari zakat fitrah “mencukupi 

kebutuhan fakir miskin di hari raya”.

4. Waktu makruh yaitu, setelah shalat hari raya 

sampai menjelang tenggelamnya matahari

pada tanggal 1 syawal. 

5. Waktu haram yaitu, setelah tenggelamnya 

matahari tanggal 1 syawal. Mengakhirkan 

zakat fitrah hingga waktu tersebut hukumnya 

haram apabila tidak ada udzur. Jika terdapat 

udzur, seperti hartanya tidak ada di tempat 

tersebut atau menunggu orang yang berhak 

menerima zakat, maka hukumnya tidak 

haram. Sedangkan status dari zakat

 yangdikeluarkan setelah tanggal 1 syawal

 adalah qodho...

Sekian dan trimakasih..


Share:

Qurban untuk almarhum orang tua sah kah ?




 Bismillahirahmanirrahim.

   Sudah sekitar 10 tahun silam orang tua toni meninggal dunia. Kini setelah ekonomi toni mapan, ia ingin berqurban seokor kambing yang mana kambing tersebut di tunjukan sebagai kurban orang tua . Menjelang hari raya idhul adha tiba , ia membeli seekor kambing yang tergolong besar sebagai qurban atas nama orang tuanya yang sudah meninggal , katakanlah ayahnya... 

Pertanyaanya :

Apakah sah berqurban untuk ayahnya yang sudah meninggal...?

Jawaban            :

A. Sah namun jika ada wasiat dari ayahnya      almarhum. Karena wasiat menandakan adanya izin darinya. Hal ini berdasarkan qurban yang dilakukan oleh sayyidina Ali R.a. atas dasar perintah nabi muhammmad sallallohualaihi wassallam.

 أَنَهُ كاَنَ يُضَحِّی بِكَبْشَيْنِ أَحَدُهُما عَن النَّبي ﷺ  والأخَر عَنْ نَفۡسِهِ فَقِيۡل لَهُ  فقال  أَمَرَنِي بِهِ  يَعۡنِي النَّبِي فَلا اَدعُهُ ابَدا( رَوَاه الترمِدي  )

Sesungguhnya aly R.A berkurban dua kambing domba salah satunya untuk Nabi S.a.w. dan salah satunya lagi untuk dirinya. Kemudian dia ditanya akan perbuatanya. Aly menjawab: Nabi Saw. memerintahkanku untuk melakukannya dan aku tidak akan meninggalkan  selamanya. ?(HR.Aturmudzi).

B. Jika tidak ada wasiat, 

maka ada dua pendapat. 

* Menurut qoul ashoh, hukumnya tidak sah karena tidak ada izin dari Almarhum. Sehingga tidak bisa. Di statuskan sebagai kurban dari almarhum. 

*Menurut muqobil ashoh

Hukumnya tetap sah karena qurban tergolong sedekah. Dimana sedekah sah di atasnamakan untuk orang yang telah meninggal.

CATATAN...

JIKA QURBAN UNTUK DIRINYA HANYA PAHALANYA DI PERUNTUKAN PADA ORANG TUANYA YANG MENINGGAL MAKA SEMUA AHLI SUNNAH SEPAKAT SAH..

REFERENSI

1. Mugni Muhtaj ila makrifati alfadi al minhaj hal 368 juz 4 cetakan darul kutub alamiah

2. Al Majmu 'syarah muhaddab hal: 298 juz :8 cetakan darul fikr

3. Hasiah umairoh hal 255 juz 4 cetakan toha putra

2.

Share:

Do'a Melahirkan Agar Lancar menurut Syech Sulaiman bin Muhammad bin Umar Al-Bujairami

  Pengalaman melahirkan adalah momen yang penuh keajaiban dan kebahagiaan bagi setiap ibu. Namun, bagi beberapa wanita, proses melahirkan ju...