Bismillahirrahmanirahim
Dalam tradisi kita (kaum sarungan) pasti mengenal istilah tirakat , baik dalam bentuk puasa seperti puasa mutih ngrowot, atau bila ruh( hanya makan sesuatu tang tidak mengandung ruh seperti sayur dan buah buahan), kalau santri kebanyakan pernah mengamalkan puasa puasa tersebut, dalam rangka agar ilmu ilmu yang di pelajari di pesantern dapat di terima dengan mudah dan juga sebagai mujahadahtunnafsi (latihan mengendalikan jiwa) sesuai tuntunan sang guru.
Namun hal hal dulu cendrung di dianggap sebagai dogma atau kepercayaan , ternyata banyak yang bisa dipikir secara rasional.semangat inilah yang membuat Om fatty mempertanyakan hala hal tentang tirakat seperti puasa mutih ngrowot bila ruh, dan lain -lain dalam berbagai kesempatan Om fatty sering menanyakan landasan dalam melaksanakan tirakat namun dirinya belum menemukan jawaban yang kongkrit, yang mampu melampiaskan dahaga keilmuanya.
Apakah dasar melakukan tirakat seperti mutih, ngrowot , bila ruh dan lain lain … ?
Syariat islam menyuruh umatnya untuk melakukan puasa baik puasa wajib maupun sunnah. Karena puasa sendiri mengandung banyak sekali khikmah. namun pada intinya puasa merupakan sarana melatih menahan hawa nafsu manusia.
Tirakat tirakat puasa di atas merupakan amalan amalan yang memiliki semangat menahan hawa nafsu yang secara tegas tercantum didalam Al-Quran .
وَأَمَّا مَن خَافَ مقامَ رَبِّهِ وَنَهى النَّفسَ عَنِ الهَوى فَإِن الجَنَّةَ هِيَ المَأوى (النّازِعات 40- 41)
“ Dan adapun orang orang yang takut kepada kebesaran tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya,( Q.S An-nazi’at40-41)”
Didalam kitab syarah fathul bari di jelaskan termasuk mencegah hawa nafsu ialah mencegah dari perbuatan maksiat, dari barang barang subhat,dan mencegah kebanyakan memakan kesenangan kesenangan yang di perbolehkan (mubah) supaya mendapatkan kesempurnaan di akhirat kelak ..(F.B. juz 13 hal 137)
Apakah puasa tirakatan sesuai dengan tuntunan syari’at
Jika di tinjau dari pengertian puasa sendiri secara syar’i ialah menahan makan, minum dan hal hal yang membatalkan puasa dari terbitnya fajar hingga tenggelamnya matahari. Dengan melihat pengertian puasa secara umum tidak ada perbedaan antara puasa tirakatan dan puasa pada umumnya, hanya saja puasa puasa tirakatan ketika berbuka puasa tidak memakan makanan yang sedang di hindari. seperti puasa mutih saat berbuka hanya memakan nasi putih saja itu pun hanya beberapa suapan saja tidak boleh berlebihan, atau puasa ngrowot yaitu menghindari makanan makan yang mengandung unsur beras artinya menahan dari makanan makan yang berbahan dari beras.
Apakah tidak memakan makanan yang secara syari’at dihalakan itu sama saja mengharamkanya…
Memakan nasi sendiri hukumnya mubah ,memakan banyak maupun sedikit tidak berdosa. lantas orang yang tidak makan nasi di hukumi berdosa. Tentu tidak. Analoginya begini seorang dokter melarang pasien untuk memakan makanan tertentu apakah si dokter di anggap mengharamkanya? tentu tidak, hanya
dalam rangka menjaga kesehatan jasmani pasien tersebut. sama seperti orang yang berpuasa tirakat dengan cara menghindari makanan makanan tertentu sesuai saran sang guru demi menjaga kesehatan hatinya .seperti yang sudah di jelaskan oleh imam al-Ghozali.
Di dalam kitab ihya ulumudin di jelaskan diantara kebiasaan para Salik (pencari akhirat) Mencegah diri dari kesenangan kesenangan hati. Karena segala kenikmatan itu manusia pasti menginginkanya, padahal menuruti kesenangan hati merupakan penyebab kendornya jiwa, keras hatinya , dan merasa nyaman dengan kenikmatan dunia, sehingga membuat diri ini menjadi benci terhadap mati, bertemu Allah dan menjadikan kehidupan dunia ini seakan akan surga. Namun sebaliknya jika diri ini dicegah dan di kendalikan keinginanya, maka akan sebaliknya menjadiakn dunia ini merupakan sebuah penjara. Para salafus shaleh selalu merasa takut ketika memperoleh kenikmatan makanan bahkan mereka berpendapat hal itu merupakan tanda celaka dan merupakan cara Allah mencegah hambanya mendapatkan kenikmatan yang hakiki. Sehingga di riwaytkan dari wahba bin munabbah berkata :
Ada pertemuan dua malaikat di langit ke empat, salah satu dari malaikat bertanya “ dari mana kamu” lantas santunya menjawab “aku di perintah ke pasar ikan laut. Kesenangan seorang yahudi. Kemudian malaikat yang bertanya berkata “ aku telah di perintahkan Allah untuk membakar minyak zait kesenangan seorang abid” ( ahli ibadah) . Dari kisah itulah para salaf justru khawatir dan takut ketika memperoleh kenikmatan di dunia.
Tidak ada ibadah yang lebih besar kecuali memerangi hawanafsunya dari kesenangan kesenangan, dan kenikmatan kenikmatan. Seperti yang telah diterangkan oleh hujjatul islam al imam Al Ghazaly didalam kitab riyadhotinnafsi.
Kesimpulanya para pelaku puasa tirakatan di atas adalah dalam rangka mujahadatun nafsi Dan pasti mendapatkan pahala yang besar karena dalam rangka meninggal kan kesenangan kesenangan nafsu yang mubah. Sesuai sabda nabi
شِرَارُأًمَّتِى الذينَ يأكلُونَ مخَّ الحِنطَةِ
Dan karena puasa milik Allah , dan Allah lah yang akan membalas sesuai sabda nabi . wallahu a’lam .
0 comments:
Posting Komentar